Sabtu, 13 Juli 2013


J. Kehamilan Dengan Infeksi
 Kehamilan Dengan Infeksi Rubella
Penyakit Rubela Kongenital merupakan penyakit yang masih sedikit orang yang paham dan tahu, dikarenakan istilah Rubela Kongenital masih awam bagi masyarat Indonesia baik di pedesaan maupun perkotaan membuat pencegahan dan penanganan Rubela Kongenital menjadi lamban dan bahkan tidak diperhatikan. Sehingga banyak insidens infeksi rubela pada wanita hamil di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sedangkan diagnosis dan penanganannya masih merupakan permasalahan bagi para ahli kesehatan di Indonesia.
Seharusnya setiap wanita mengetahui tentang Rubela Kongenital karena Rubella yang juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya menyerang ibu hamil, akan tetapi efek yang diakibatkan virus ini harus diwaspadai oleh ibu hamil karena dapat menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme..
    *Rubella Kongenital
Pengertian Rubela kongenital adalah Infeksi transplasenta pada janin dengan rubela, biasanya pada kehamilan trimester pertama, Rubela kongenital disebabkan oleh infeksi maternal. Rubela kongenital adalah suatu infeksi oleh virus penyebab rubela (campak jerman) yang terjadi ketika bayi berada dalam kandungan dan bisa menyebabkan cacat bawaan. Istilah jerman tidak ada hubungannya dengan negara jerman, tetapi kemungkinan berasal dari bahasa perancis kuno “germain” dan bahasa latin “germanus”, yang artinya adalah mirip atau serupa.
 ~  Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90%.
 ~ Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%.
 ~ Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100% jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu.
Patofisiologi
Sumber infeksi rubela janin adalah dari plasenta wanita hamil yang menderita viremia. Viremia maternal bisa dimulai 1 minggu sebelum serangan ruam dan dapat menimbulkan infeksi plasenta. Di awal kehamilan infeksi ini tidak menetap di jaringan plasenta ibu (desisua), tapi menetap di vili korion. Viremia janin kemudian bisa menimbulkan infeksi janin diseminata. Waktu sangatlah penting. Pembentukan organ terjadi dalam minggu kedua sampai keenam setelah konsepsi, sehingga infeksi sangat berbahaya untuk jantung dan mata pada saat itu. Dalam trimester kedua, janin mengalami peningkatan kemampuan imunologi dan tidak lagi peka terhadap infeksi kronis yang merupakan khas rubella intrauterin dalam minggu-minggu awal.
Manifestasi Klinis
Pada Ibu hamil :
1.      Adenopati (khas) terutama nodus limfatikus belakang telinga, oksipital dan leherbelakang
2.      Sakitkepala
3.      Sakit tenggorokan
4.      Ruam Ruam rubela bermacam-macam bentuknya. Ruam menetap selama 2 sampai 3 hari dalam pola yang disebut kaledidoskopik karena perubahan bentuknya. Mula- mula makula merah muda yang ireguler (biasanya dalam 24 jam) timbul di leher, badan, lengan dan akhirnya di kaki. Pada hari berikutnya lesi ini menyatu, membentuk komponen makulopapular dan menjadi skar; atiniformis. Muka sering bebas ruam pada saat ruam penuh sampai tungkai bawah. Jarang terjadi deskuamas. – Demam (39 C-39C)
5.      Poliartralgia dan poliartritis (khas untuk wanita). Keluhan yang paling khas muncul dengan ruam atau dalam beberapa hari setelah serangan ruam. Sendi yang dikenai sering simetris bisa berkisar mulai dari kaku waktu pagi sampai keluhan artritis yang diti dengan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan. Manifestasi sendi pada rubela bersifat sementara dan tidak menimbulkan kerusakan sendi.
Diagnosa dan Mendeteksi Infeksi Rubella Pada Ibu Hamil atau Janinnya
Wanita hamil Rubela bila mengenai wanita hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan bahaya bagi janin yang dikandungnya seperti terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubela Kongenital.
Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion) atau darah janin. Pengambilan sampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan di atas 22 minggu.
Labolatorium Hemaglutinasi pasif Hasil: Bila terdapat aglutinasi maka tedapat antibodi spesifik terhadap rubella

   
Penatalaksanaan Rubela Kongenital
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simptomatis. Adamantanamin hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan.
Upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita rubella congenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.
 Pada Bayi yang dilakukan tergantung kepada organ yang terkena : – Gangguan pendengaran diatasi dengan pemakaian alat bantu dengar, terapi wicara dan memasukkan anak ke sekolah khusus – Lesi jantung diatasi dengan pembedahan – Gangguan penglihatan sebaiknya diobati agar penglihatan anak berada pada ketajaman yang terbaik – Jika keterbelakangan mentalnya sangat berat, mungkin anak perlu dimasukkan ke institusi khusus
Cara Mencegah Rubella Pada Kehamilan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella). Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.

Prognosis
 Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yangterjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini.
Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu kemampuannya menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella. Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat terjadinya keguguran.

   Penyakit Hepatitis Pada Kehamilan
Pengaruh Hepatitis Virus Pada Kehamilan Serta Janin
Apabila hepatitis virus berlangsung pada trimester 1 atau permulaan trimeseter 2 maka gejala-gejala nya dapat sama juga dengan tanda-tanda hepatitis virus pada wanita tidak hamil. Walau gejala-gejala yang timbul relatip lebih mudah di banding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester 3, hepatitis virus yang berlangsung pada trimester 3, dapat menyebabkan gejala-gejala yang lebih berat serta pasien biasanya menunjukkan gejala-gejala fulminant.
Pada fase inilah acute hepatic necrosis kerap berlangsung, dengan menyebabkan mortalitas ibu yang amat tinggi, dibanding dengan pasien tidak hamil. Bahwa berat mudah tanda-tanda hepatitis virus pada kehamilan amat bergantung darikeadaan gizi ibu hamil. Gizi jelek terutama defisiensi protein, ditambah juga meningkatnya keperluan protein untuk perkembangan janin, mengakibatkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan berikan gejala-gejala yang tambah lebih berat. Pengaruh kehamilan pada berat ringannya hepatitis virus,. Penularan virus ini pada janin, bisa berlangsung dengan cara-cara, yakni :
1.  Melalui placenta
2.  Kontaminasi dengan darah serta tinja ibu pada saat persalinan
3.  Kontak segera bayi baru lahir dengan ibunya
4.  Melalui air susu ibu, pada saat laktasi.
Hepatitis pada anak atau pada umur bayi, penyakit hepatitis ini semakin banyak nampak di awal-awal umur bayi ( lebih kurang 2 bln. ). Beberapa pakar meyakini bahwa 80% masalah bayi hepatitis disebabkan oleh ada infeksi virus pada sistem persalinan ataupun pasca melahirkan. Pencegahan yang sangat umum yang kita kenal.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil pada umur yang sama.Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung denganperistiwa kehamilan, ialah :Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. (2)Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubunganlangsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlu-kan penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.


Pencegahan
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung denganpenderita hepatitis virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukanpemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bu-lan dan enam bulan kemudian.
Gonore Dan Sifilis Pada Kehamilan
GONORE

    Definisi
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva) dan bagian tubuh yang lain.

   Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang dimasukkan ke dalam kelompok Neisseria, sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.


Komplikasi
a.       Infeksi pada serviks (servisitis gonore)
b.      Salpingitis (penyakit radang panggul)
c.       Infertilitas
d.      Infeksi pada uretra dapat terjadi para uretritis
e.       Pada kelenjar Bartholin (bartholinitis)
f.       adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil
g.      adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu

Pada janin dan bayi baru lahir
a.       a. Kebutaan, untuk mencegah kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore
b.      Pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah
c.       Penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang terinfeksi pada proses persalinan.
Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.

 Pengobatan
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang
sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.
   Pencegahan
a.       Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi
b.      Pemakaian Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini
c.       Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d.      Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
e.       Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.


Kehamilan Dengan PMS
 SIFILIS

Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita sifilis.  Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.

Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. 3 Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
1.      Kontak langsung :
1.      sexually tranmited diseases (STD)
2.      non-sexually
3.      Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
  1. Transfusi : Syphilis d’ emblee, tanpa primer lesi

D.  Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung dengan stadium sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten. Penularan inutero terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema pallidum pada plasenta, tali pusat, serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons peradangan selular yang akan merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.

E.  Infeksi sifilis pada kehamilan
Penyebab : trponema pallidium yang dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu, oleh karena itu ada baiknya melakukan pemeriksaan serologik sebelum hamil, sehingga pengobatan dapat diterpkan sampai sembuh.
Diagnosis penyakit ini tidak terlalu sukar karena terdapat luka pada daerah genitalia, mulut, atau tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematur atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk kongenitas (pempigus safilitus, deskuamasi kulit telapak tangandan kaki, terdapat kelainan pada mulut dan gigi). Pengobatannya mudah sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati sedini mungkin untuk mencegah penularan janin
f. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1) Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari.
2) Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama
infgeksi, sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis)
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.
3) Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu
.
Hiv/Aids Pada Ibu Hamil
A.     DEFINISI
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun.
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya tidak memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika sang ayah yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan pencucian sperma dan inseminasi buatan.
B.     PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU KE BAYI
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi jumlahnya sangat sedikit. Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko penularan dapat dikurangi menjadi 8%.
Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan:
1.   Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)
Resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai. Angka penularan hanya 1 persen bila ibu memakai ART. Angka ini kurang-lebih 4 persen bila ibu memakai AZT selama minggu enam bulan terahkir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama enam pertama hidupnya. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara berkembang.
2.      Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya
Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan. Bila si ibu memakai AZT dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko hampir nol. Ibu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan memakai bedah Sesar.
3.      Menghindari menyusui
Kurang-lebih 14 persen bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI (PASI, atau formula).
Namun jika PASI tidak diberi secara benar, risiko lain pada bayinya menjadi semakin tinggi. Jika formula tidak bisa dilarut dengan air bersih, atau masalah biaya menyebabkan jumlah formula yang diberikan tidak cukup, lebih baik bayi disusui. Yang terburuk adalah campuran ASI dan PASI. Mungkin cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di Indonesia adalah menyusui secara eksklusif (tidak campur dengan PASI) selama 3-4 bulan pertama, kemudian diganti dengan formula secara eksklusif (tidak campur dengan ASI).

 INFEKSI PADA BAYI
Jika dites HIV, sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada antibodi terhadap HIV dalam darahnya. Namun bayi menerima antibodi dari ibunya, agar melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.
Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan. Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat dipakai untuk menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu setelah lahir. Tes ini, yang mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya tersedia di Jakarta, dan harganya cukup mahal.
D .     CARA PENULARAN HIV/AIDS
  1. Utamanya melalui hubungan seks yang tidak aman ( tanpa kondom ) dengan pasangan yang sudah tertular, baik melalui hubungan seks vaginal, oral, maupun anal ( Anus ).
  2. Memakai jarum suntik bekas dipakai orang yang terinfeksi virus HIV.
  3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi virus HIV.
  4. Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan ditularkan kepada bayinya.
E .      TANDA DAN GEJALA PENYAKIT AIDS 
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
         Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
         Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
         Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
         System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
         System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
         Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

F .    CARA PENCEGAHAN HIV - AIDS
Lima cara pokok untuk mencegah penluaran HIV-AIDS yaitu :
        Saling setia, hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sah.
        Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko penularan HIV/AIDS.
        Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan
        Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar
        Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
G .PENANGANAN DAN PENGOBATAN AIDS
AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian. Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:
1.      Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
2.      Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
3.      Azitromisin 2 gram, peroral
4.      Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
5.      Ciprofloxacin 500 mg, peroral
6.      Ofloxacin 400 mg, peroral
7.      Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular
Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.
Pengobatan pada Hamil/menyusui
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai infeksi
Kehamilan Dengan Gangguan Jiwa
A.   Depresi
1.    Pengertian          
Kehamilan seharusnya adalah masa yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi buat sebagian wanita masa ini adalah masa yang membingungkan, takut, sedih, stress, dan bahkan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita akan mengalami gejala-gejala depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya akan menjadi depresi yang nyata (mayor depresi).
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
a.    Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana perasaan (mood), dan pikiran.
b.    Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “untuk menoba lebih keras“.
c.    Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal. Tetapi sering kali depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini tentu saja bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
Depresi bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
2.Gejala-gejala Depresi
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi  dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
a.    Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan lebih banyak air mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b.    Teganggu calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas.
c.    Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d.    Jarang mengontrol kehamilan.
e.    Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f.     Tidak melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.
.3.Penyebab Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
Beberapa faktor utama penyebab depresi:
a.      Kehamilan yang tidak diharapkan
b.      Hamil di luar nikah
c.      Faktor ekonomi
d.      Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e.      Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f.       Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g.      Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h.      Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i.       Sedang menghadapi masalah keuangan
j.       Usia ibu hamil yang terlalu muda
k.      Adanya komplikasi selama kehamilan
l.       Terpisah dari keluarga
m.    Rasa takut yang berlebihan.
n.      Orang tua tunggal.
o.      Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.
4.Dampak Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
a.    Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b.    Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c.    Kelahiran premature
d.    Bayi lahir dengan berat badan yang rendah
e.    Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri.
5. Penatalaksanaan Depresi
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi. Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif (depresi) rekuren.
Perubahan pola hidup dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang:
a.         Olahraga teratur
b.         Berjemur pada sinar matahari
c.         Penanganan stress
d.        Konseling
e.         Tidur teratur
f.          Relaksasi
g.         Meditasi

6. Penularan Depresi
Penularan dari depresi sampai saat ini masih belum diketahui.
7.    Pencegahan Depresi
Bagi mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak – anak dengan kualitas mental dan fisik yang baik serta berkualitas.
B.   Psikosa
1.    Definisi
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum. Psikosa merupakan gangguan jiwa yang serius, timbul karena penyebab organic ataupun emosional (fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara emosional, mengingat , berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan hidup sehari hari sangat terganggu. Psikosa ditandai  oleh perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,berkurangnya pengawasan terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
2.    Penyebab psikosa:
a.    Internal (perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b.    Ekstenal (kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak kehamilan yang terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)
Psikosa umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.    Psikosa fungsional
Merupakan gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal pengahantar saraf (neurotransmitter). Faktor penyebabnya terletak pada aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi selama sejarah kehidupan seseorang. Contoh: paranoid (curiga berlebihan), depresi, gaduh gelisah.
b.    Psikosa organik
Merupakan gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi ) NAZA.
3.Tanda dan Gejala
a.    Tanda tanda psikosa:
1)    Halusinasi
2)    Sejumlah kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah, dan retardasi psikomotor.
b.    Gejala psikosis adalah:
1)    abnormal menampilkan emosi
2)    kebingungan
3)    depresi dan kadang kadang pikiran bunuh diri
4)    kacau berpikir dan berbicara
5)    kegembiraan
6)    keyakinan palsu
7)    melihat, mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak ada berdasarkan ketakutan/ kecurigaan
4.Proses kejiwaan dalam kehamilan
1)    Triwulan I
a)    Cemas ,takut, panik, gusar
b)    Benci pada suami
c)    Menolak kehamilan
d)    Mengidam
2)    Triwulan II
a)    Kehamilan nyata
b)    Adaptasi dengan kenyataan
c)    Perut bertambah besar
d)    Terasa gerakan janin
3)    Triwulan III
a)    Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
b)    Perasaan bertanggung jawab
c)    Golongan ibu yang mungkin merasa takut
d)    Ibu yang mempunyai riwayat/ pengalaman buruk pada persalinan yang lalu

5.    Pencegahan psikosa
Adapun cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.    Informasi
b.    ANC rutin
c.    Nutrisi
d.    Penampilan
e.    Aktivitas
f.     Relaksasi
g.    Senam hamil
h.    Latihan pernafasan


6.    Penatalaksanaan psikosa
Perjalanan penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit. Bagi mereka dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar 6 bulan (Sneddon, 1992). Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia. Para wanita ini sebaiknya dirujuk ke psikiater. Keparahan psikosis postpartum mengharuskan diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan tindakan rawatinap. Wanita ynag mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan merawat bayinya.
Pengobatan tergantung pada penyebab psikosis. Perawatan dirumah sakit sering kali diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien.
a.    Terapi Gangguan Jiwa
Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk.,1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita lain yang memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang berkembang selama kehamilan.
b.    Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melebihi risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk  gangguan-gangguan depresi. Efek samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi  juga sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitandengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yangsemakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin,menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obatini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.


c.    Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif,atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui.
Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dantioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
d.    Litium
Keamanan litium selama kehamilan masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran tentangteratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang sempit. Pernah dilaporkantoksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
e.    Benzidiazepin
Obat golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk. Diazepam mungkin menyebabkan depresineurologis berkepanjangan pada neonatus apabila pemberian dilakukan dekat dengan kelahiran.
f.     Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Terapi dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap terapi farmakologis. Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur kehamilan 23-31 minggu. Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin, intubasi, dan ventilasi bantuan setiap kali terapi. Merekamendapatkan bahwa kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat dalam beberapa menit kejutan listrik. Walaupun demikian, rekaman frekuensi denyut jantung janinserta frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen ibu tetap normal.
C.   Psikoneurosa
1.    Pengertian Psikoneurosa
Psikoneurosa yaitu ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi).
Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism). Oleh pengkondisian yang buruk dari lingkungan sosial yang sangat tidak menguntungkan, muncul kemudian banyak ketegangan dan kecemasan, serta simptom-simptom mental yang pathologis atau gangguan mental yang disebut neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan neurosa disebabkan oleh faktor-faktor psikologis dan kultural, khususnya oleh ketakutan dan kecemasan-kecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau ketegangan batin yang kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat, konflik-konflik emosional, kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental breakdown ). Ditambah pula oleh ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya usaha serta kemauan, sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan meledak menjadi gejala neurosa.
2.    Jenis Psikoneurosa
1.     Neurosis kuatir atau anxiety neurosis
Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi)
a. Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
1) Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanika
a)     Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan,
b)    Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu,
2) Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
Sebab-sebab anxiety secara umum :
a)    Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubu-tubi
b)    Repressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna
c)    Kecenderungan harga diri yang terhalang.
d)    Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga menimbulkn banyak konflik batin.

3)  Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.
Contoh Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Depresi
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama                    : Ny “E”                                                          Nama              : Tn”m”
Umur                     : 22 tahun                                                       Umur               :24 tahun
Agama                  : Islam                                                             Agama             :Islam
Pendidikan            : SD                                                                Pendidian        :SMP
Pekerjaan               : IRT                                                               Pekerjaan        : petani
Alamat                   : kebun agung 12/13 BWS

1.      Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa kehamilannya ini beban untuknya dan kadang ibu berusaha menyakiti dirinya sendiri serta suka menyendiri.
2.      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis, sistematik, dan penyakit keturunan maupun menular, seperti : jantung, hipertensi, malaria, PMS, TBS & alergi.
3.      Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, maupun menurun dalam keluarga, tidak mempunyai keturunan kembar dan ibu tidak mempunyai pantangan makanan.
4.      Riwayat haid
1.      Menarche     : 14 tahun
2.      Siklus                        : ±28 hari
3.      Lamanya       :7 hari
4.      Banyaknya   :3x ganti pembalut/hari
5.      Dismenorea  : -
6.      Flour albus    : -
7.      HPHT            : 25 – 08 – 2011
8.      HPL               : 02 – 06 – 2012
5.      Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
No
Tanggal, tahun persalinan
Tempat bersalin
UK
Jenis persalinan
Penolong
Penyulit
JK/BB
Keadaan anak sekarang
Hamil ini

6.      Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan hamil anak pertama, UK 6 bulan, ibu merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 5 bulan, dan ibu merasa sedih dengan kehamilannya dan suka memukul-mukul perutnya.
TM I          : 3x kunjungan dengan keluhan mual muntah
TM2          : 3x kunjungan dengan banyak masalah
Pelayanan yang didapatkan 10 T, penyuluhan tentang gizi, kebersihan dan perawatan payudara, saat ini ibu sudah mendapatkan suntikan TT 2 kali, ibu mendapatkan terapi Fe, kalk, vitamin C, dan B6 diminum sehari 1 kali.
7.      Pola kebebasan sehari – hari
a.    Nutrisi
-        Sebelum hamil : makan nasi 2-3 piring porsi sedang lauk pauk :tempe 1 potong dan ikan 1 potong, minum 7 gelas (7 cc).
-        Saat hamil : makan 1-2x/hari dengan porsi setengah, tempe 1 potong, buah 1 potong (pepaya), minum 6 gelas (cc).
b.    Istirahat
-        Sebelum hamil     : siang –
  malam 9 jam
-        Saat hamil            : siang –
  malam 7 jam
c.    Pola kebersihan
-      Sebelum hamil    : mandi 2x ,gosok gigi setiap habis mandi dan mau tidur, cuci rambut 2 hari 1x, ganti pakaian setiap habis mandi ganti celana dalam selesai mandi.
-      Saat hamil           : mandi 2x/hari, gosok gigi setiap habis mandi dan menjelang tidur, keramas 1x/minggu ganti pakaian setiap habis mandi, celana dalam setiap merasa basah, cebok dari depan kebelakang.
d.    Pola eliminasi
-        Sebelum hamil    : BAB teratur setiap hari,BAK 4-5x/hari frekuensinya ± 100 cc
-        Saat hamil           : BAB : 1x /hari BAK : 5 – 6x/ hari frekuensinya 200 cc
e.    Pola aktivitas
-      Sebelum hamil    : ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri seperti :mencuci,menyetrika,mengepel,dll.
-      Saat hamil                  : Ibu hanya diam saja dan suka mengurung diri di kamar
f.     Pola kebiasaan lain
Ibu tidak mempunyai ketergantungan merokok, minum alkohol, dan sesuatu yang membahayakan kehamilannya, serta ibu juga tidak meminum jamu-jamuan.
g.    Keadaan psiko,sosio,budaya,dan spiritual
-       Psiko        :  ibu merasa sedih karena keluarga tidak mendukung dengan kehamilannya.
-      Social       :  hubungan ibu dengan suami , keluarga, kurang baik.
-      Spiritual   : ibu mengatakan melaksanakn ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
-      Budaya    : kebudayaan dalam keluarganya,ibu setiap UK ibu menginjak 7 bulan mengadakan selamatan 7 bulanan.

DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan fisik
Keadaan umum               : lemah
Kesadaran                        : compos metis
TB                                     : 153 cm
BB sebelum hamil           : 48 kg
BB saat hamil                  : 53 kg
IMT                                  : 23,49 (batas normal)
LILA                                : 23,5cm
TD                                    : 110/70 mmhg
Nadi                                  : 92x/menit
R                                      : 24x /menit
S                                       : 36,5 C
HPL                                  : 02 – 06 – 201

2.      Pemeriksaan Fisik
Muka                                       : tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odem
Mata                                        : sklera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis, dan tidak ada odem palpebra
Hidung                                    : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut                                      : bibir lembab, warna merah muda
Telinga                                    : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Leher                                       : Tidak ada pmbesaran vena jugularis, tidak ada pembesarankelenjar tyroid, tidak ada kelenjar getah bening
Payudara                                 : payudara simetris, payudara membesar, puting susu menonjol, areola mamae hiperpigmentasi, colostrum belum keluar dan bersih
Abdomen                                : membesar kedepan, membesar sesuai usia kehamilan, tidakada bekas luka pada abdomen, tidak ada striae, terdapat linea nigra.
Genetalia                                 : vulva bersih, tidak tampak flour albus, tidak oedem.
Anus                                        : tidak ada hemoroid
Ekstremitas Atas                     : simetris, kedua tangan tidak odem, tidak varises
Bawah                                     : simetris, kedua kaki tidak odem, tidak varises, reflex patella +/+
Palpasi Abdomen
Leopold I                                : TFU pertengahan Px & pusat, bagian fundus teraba bagian besar,lunak,bulat tidak melenting yaitu bokong, TFU 28 cm
Leopold II                               : sebelah kanan uterus teraba bagian kecil janin dan sebelah kiri teraba bagian lebar, keras seperti papan yaitu punggung (puki).
Leopold III                             : bagian bawah teraba bagian bawah,keras dan melenting yaitu kepala
Leopold IV                             : Kedua tangan divergen, bagian terendah janin masuk PAP
Auskultasi DJJ                        : 143x/menit di 3 jari bawah pusat
Pemeriksaan panggul
Distansia spinarum                  : 24 cm
Distansia cristarum                  : 28 cm
Conjugata Eksterna                 : 19 cm
Lingkar panggul                      : 84 cm

ANALISA
Ibu GI P0 Ab0 Ah0 UK 26 minggu, hidup/tunggal/preskep dengan depresi

PENATALAKSANAAN/ASUHAN YANG DIBERIKAN
1.  Memberitahu ibu kondisinya saat ini kurang baik yaitu ibu mengalami gangguan kejiwaan ringan.
Ibu mengerti dan mau menerima keadaannya saat ini.
2.   Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan zat besi seperti susu, telur, daging, sayuran hijau, buah-buahan dan kacang-kacangan.
Ibu bersedia mengkonsumsi makanan seperti yang sudah dijelaskan bidan.
3.  Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 1 jam di siang hari dan 8 jam di malam hari, serta mengurangi aktifitas yang berat.
Ibu bersedia untuk tidur cukup dan akan mengurangi aktifitasnya di dalam maupun di luar rumah.
4.  Memberikan ibu support mental dengan meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada kegiatan bersama keluarga, serta memberitahu ibu untuk menceritakan semua hal yang dirasakan kepada orang terdekat ibu.
Ibu bersedia untuk melakukan kegiatan bersama-sama keluarganya menceritakan semua perasaannya kepada orang terdekat yaitu suami
5.  Menganjurkan ibu untuk mengikuti kegiatan yang dapat merelaksasikan pikiran dan hatinya agar rasa cemas dan takutnya berkurang, seperti yoga atau pijat refleksi.
→Ibu bersedia mengikuti kegiatan yoga atau pijat refleksi
6.  Menganjurkan ibu datang berkonsultasi dengan psikiater untuk mengetahui dan mengatasi keadaannya lebih lanjut.
Ibu bersedia untuk berkonsultasi dengan psikiater.
7. Meminta ibu untuk datang kembali 2 minggu lagi atau segera jika ada keluhan.





Daftar pustaka
1.      Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika.
2.      Sulistyani, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
3.      Dirgagunarsa, Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
4.      Hanafiah Zulfadin, Rusman, dkk. 1989. Stres, Kecemasan dan Depresi. Surabaya. Yayasan Kesehatan Jiwa ” Aditama ”.
6.      Kuntjojo.2009. Diktat Psikologi Abnormal. Kediri : Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Nusantara PGRI
7.      M. Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan. Merkid Press. Yogyakarta
8.      Rukiyah, Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan). Trans Info Media.  Jakarta
9.      Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar