J. Kehamilan Dengan Infeksi
Kehamilan Dengan
Infeksi Rubella
Penyakit Rubela Kongenital
merupakan penyakit yang masih sedikit orang yang paham dan tahu, dikarenakan
istilah Rubela Kongenital masih awam bagi masyarat Indonesia baik di pedesaan
maupun perkotaan membuat pencegahan dan penanganan Rubela Kongenital menjadi
lamban dan bahkan tidak diperhatikan. Sehingga banyak insidens infeksi rubela
pada wanita hamil di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
sedangkan diagnosis dan penanganannya masih merupakan permasalahan bagi para
ahli kesehatan di Indonesia.
Seharusnya
setiap wanita mengetahui tentang Rubela Kongenital karena Rubella yang juga
sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya menyerang ibu
hamil, akan tetapi efek yang diakibatkan virus ini harus diwaspadai oleh ibu
hamil karena dapat menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin,
bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kelainan saat proses kelahiran. Dan
terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang menyerang ibu hamil
dapat menyebabkan anak mengalami autisme..
*Rubella Kongenital
Pengertian Rubela kongenital adalah
Infeksi transplasenta pada janin dengan rubela, biasanya pada kehamilan
trimester pertama, Rubela kongenital disebabkan oleh infeksi maternal. Rubela
kongenital adalah suatu infeksi oleh virus penyebab rubela (campak jerman) yang
terjadi ketika bayi berada dalam kandungan dan bisa menyebabkan cacat bawaan.
Istilah jerman tidak ada hubungannya dengan negara jerman, tetapi kemungkinan
berasal dari bahasa perancis kuno “germain” dan bahasa latin “germanus”, yang
artinya adalah mirip atau serupa.
~ Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90%.
~ Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%.
~ Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90%.
~ Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%.
~
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100% jika ibu terinfeksi saat
usia kehamilan > 36 minggu.
Patofisiologi
Sumber
infeksi rubela janin adalah dari plasenta wanita hamil yang menderita viremia.
Viremia maternal bisa dimulai 1 minggu sebelum serangan ruam dan dapat
menimbulkan infeksi plasenta. Di awal kehamilan infeksi ini tidak menetap di
jaringan plasenta ibu (desisua), tapi menetap di vili korion. Viremia janin
kemudian bisa menimbulkan infeksi janin diseminata. Waktu sangatlah penting.
Pembentukan organ terjadi dalam minggu kedua sampai keenam setelah konsepsi,
sehingga infeksi sangat berbahaya untuk jantung dan mata pada saat itu. Dalam
trimester kedua, janin mengalami peningkatan kemampuan imunologi dan tidak lagi
peka terhadap infeksi kronis yang merupakan khas rubella intrauterin dalam
minggu-minggu awal.
Manifestasi Klinis
Pada
Ibu hamil :
1.
Adenopati (khas)
terutama nodus limfatikus belakang telinga, oksipital dan leherbelakang
2.
Sakitkepala
3.
Sakit tenggorokan
4.
Ruam Ruam rubela
bermacam-macam bentuknya. Ruam menetap selama 2 sampai 3 hari dalam pola yang
disebut kaledidoskopik karena perubahan bentuknya. Mula- mula makula merah muda
yang ireguler (biasanya dalam 24 jam) timbul di leher, badan, lengan dan
akhirnya di kaki. Pada hari berikutnya lesi ini menyatu, membentuk komponen
makulopapular dan menjadi skar; atiniformis. Muka sering bebas ruam pada saat
ruam penuh sampai tungkai bawah. Jarang terjadi deskuamas. – Demam (39 C-39C)
5.
Poliartralgia dan
poliartritis (khas untuk wanita). Keluhan yang paling khas muncul dengan ruam
atau dalam beberapa hari setelah serangan ruam. Sendi yang dikenai sering
simetris bisa berkisar mulai dari kaku waktu pagi sampai keluhan artritis yang
diti dengan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan. Manifestasi sendi pada rubela
bersifat sementara dan tidak menimbulkan kerusakan sendi.
Diagnosa
dan Mendeteksi Infeksi Rubella Pada Ibu Hamil atau Janinnya
Wanita hamil Rubela bila mengenai wanita hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan bahaya bagi janin yang dikandungnya seperti terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubela Kongenital.
Wanita hamil Rubela bila mengenai wanita hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat mendatangkan bahaya bagi janin yang dikandungnya seperti terjadi abortus (keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubela Kongenital.
Untuk
memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus
Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan
diambil dari air ketuban (cairan amnion) atau darah janin. Pengambilan sampel
air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan
& kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan di atas 22
minggu.
Labolatorium
Hemaglutinasi pasif Hasil: Bila terdapat aglutinasi maka tedapat antibodi spesifik
terhadap rubella
Penatalaksanaan Rubela Kongenital
Jika
tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simptomatis. Adamantanamin
hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat
stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan.
Upaya
untuk mengobati anak yang sedang menderita rubella congenital dengan obat ini
tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil,
penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan
hasil yang terbatas.
Pada Bayi yang dilakukan tergantung kepada organ yang terkena : – Gangguan pendengaran diatasi dengan pemakaian alat bantu dengar, terapi wicara dan memasukkan anak ke sekolah khusus – Lesi jantung diatasi dengan pembedahan – Gangguan penglihatan sebaiknya diobati agar penglihatan anak berada pada ketajaman yang terbaik – Jika keterbelakangan mentalnya sangat berat, mungkin anak perlu dimasukkan ke institusi khusus
Pada Bayi yang dilakukan tergantung kepada organ yang terkena : – Gangguan pendengaran diatasi dengan pemakaian alat bantu dengar, terapi wicara dan memasukkan anak ke sekolah khusus – Lesi jantung diatasi dengan pembedahan – Gangguan penglihatan sebaiknya diobati agar penglihatan anak berada pada ketajaman yang terbaik – Jika keterbelakangan mentalnya sangat berat, mungkin anak perlu dimasukkan ke institusi khusus
Cara Mencegah Rubella
Pada Kehamilan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum
hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella telah tersedia vaksin
dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi
campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).
Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan
pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus
tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat
diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Prognosis
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yangterjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini.
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang kadang terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yangterjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini.
Namun,
dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu kemampuannya menimbulkan
cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella. Cacat bawaan yang
dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan
pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat
terjadinya keguguran.
Penyakit Hepatitis Pada Kehamilan
Pengaruh Hepatitis Virus Pada Kehamilan Serta Janin
Apabila
hepatitis virus berlangsung pada trimester 1 atau permulaan trimeseter 2 maka
gejala-gejala nya dapat sama juga dengan tanda-tanda hepatitis virus pada
wanita tidak hamil. Walau gejala-gejala yang timbul relatip lebih mudah di
banding dengan gejala-gejala yang timbul pada trimester 3, hepatitis virus yang
berlangsung pada trimester 3, dapat menyebabkan gejala-gejala yang lebih berat
serta pasien biasanya menunjukkan gejala-gejala fulminant.
Pada
fase inilah acute hepatic necrosis kerap berlangsung, dengan menyebabkan
mortalitas ibu yang amat tinggi, dibanding dengan pasien tidak hamil. Bahwa
berat mudah tanda-tanda hepatitis virus pada kehamilan amat bergantung
darikeadaan gizi ibu hamil. Gizi jelek terutama defisiensi protein, ditambah
juga meningkatnya keperluan protein untuk perkembangan janin, mengakibatkan
infeksi hepatitis virus pada kehamilan berikan gejala-gejala yang tambah lebih
berat. Pengaruh kehamilan pada berat ringannya hepatitis virus,. Penularan
virus ini pada janin, bisa berlangsung dengan cara-cara, yakni :
1. Melalui placenta
2. Kontaminasi dengan darah serta tinja ibu pada saat
persalinan
3. Kontak segera bayi baru lahir dengan ibunya
4. Melalui air susu ibu, pada saat laktasi.
Hepatitis
pada anak atau pada umur bayi, penyakit hepatitis ini semakin banyak nampak di
awal-awal umur bayi ( lebih kurang 2 bln. ). Beberapa pakar meyakini bahwa 80% masalah
bayi hepatitis disebabkan oleh ada infeksi virus pada sistem persalinan ataupun
pasca melahirkan. Pencegahan yang sangat umum yang kita kenal.
Pada
wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada umur yang
sama.Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung denganperistiwa kehamilan,
ialah :Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute
yellow-atrophy).Recurrent intra-hepatic cholestasis of pregnancy. (2)Infeksi
hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubunganlangsung dengan peristiwa
kehamilan, namun tetap memerlu-kan penanganan khusus, mengingat
penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
Pengobatan
Pengobatan
infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan
bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit
mengandung lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan
hepatotoxic hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit.
Perlu diingatpada hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko
untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin
baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan
pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak
perlu diberi pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Pencegahan
Semua
Ibu hamil yang mengalami kontak langsung denganpenderita hepatitis virus A
hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma globulin
ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil
hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah
penularan hepatitis virus.Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak
sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan
tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali
normal.Setelah persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukanpemeriksaan
laboratorium dalam waktu dua bulan, empat bu-lan dan enam bulan kemudian.
Gonore Dan Sifilis Pada Kehamilan
GONORE
Definisi
Gonore
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau
bagian putih mata (konjungtiva) dan bagian tubuh yang lain.
Etiologi
Gonore
disebabkan oleh gonokok yang dimasukkan ke dalam kelompok Neisseria, sebagai
Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi
dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga
bersifat negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di
udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39
derajat C, dan tidak tahan zat desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi
adalah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang
(imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
Komplikasi
a.
Infeksi pada serviks (servisitis gonore)
b. Salpingitis
(penyakit radang panggul)
c.
Infertilitas
d. Infeksi pada
uretra dapat terjadi para uretritis
e. Pada
kelenjar Bartholin (bartholinitis)
f. adanya
kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat infeksi
gonokokkus pada wanita hamil
g. adanya
sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu
Pada janin dan bayi baru lahir
a. a. Kebutaan, untuk mencegah
kebutaan, semua bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata
untuk pengobatan gonore
b. Pembengkakan
pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah
c.
Penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang
terinfeksi pada proses persalinan.
Komplikasi
diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis,endokarditis,
perikarditis, meningitis dan dermatitis.
Wanita dan pria homoseksual
yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita
gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan
dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar,
tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
Pengobatan
Pada
wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang
direkomendasikan adalah pemberian obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250
mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil alergi terhadap penisilin atau
sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM
sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr
atau 3 gr oral dengan tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang
diberikan saat isolasi N. gonorrhoeae yang
sensitive
terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan unutk pengobatan jika disertai
infeksi C. trachomatis.
Pencegahan
a. Tidak
melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang
terinfeksi
b. Pemakaian
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko
penularan penyakit ini
c.
Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.
d. Sarankan
juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan
mencegah penularan
e.
Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan
kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.
Kehamilan
Dengan PMS
SIFILIS
Sifilis kongenital
adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang menderita
sifilis. Infeksi
sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap
masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin
berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin
terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron
dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10
minggu.Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua
tahun pertama kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama
kehidupan anak disebut dengan sifilis kongenital lanjut.
Etiologi
Pada tahun 1905
penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema
pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae
dan genus Treponema. 3 Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya
antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan sampai dua puluh
empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti
gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif
terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di
luar badan.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai
berikut :
1.
Kontak langsung :
1.
sexually tranmited diseases (STD)
2.
non-sexually
3.
Transplasental, dari ibu yang menderita
sifilis ke janin yang dikandungnya.
- Transfusi : Syphilis d’ emblee,
tanpa primer lesi
D. Patogenesis
Sifilis dapat
ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun sebagian besar kasus sifilis kongenital
merupakan akibat penularan in utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan
langsung dengan stadium sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi
sifilis congenital biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin
sudah dalam keadaan imunokompeten. Penularan inutero terjadi transplasental,
sehingga dapat dijumpai Treponema pallidum pada plasenta, tali pusat,
serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk
ke dalam peredaran darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian
berkembang biak dan menyebabkan respons peradangan selular yang akan merusak
janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus atau
lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan
intrauterine maupun ekstrauterin.
E. Infeksi sifilis pada kehamilan
Penyebab : trponema pallidium yang dapat menembus
plasenta setelah kehamilan 16 minggu, oleh karena itu ada baiknya melakukan
pemeriksaan serologik sebelum hamil, sehingga pengobatan dapat diterpkan sampai
sembuh.
Diagnosis
penyakit ini tidak terlalu sukar karena terdapat luka pada daerah genitalia,
mulut, atau tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk
persalinan prematur atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk
kongenitas (pempigus safilitus, deskuamasi kulit telapak tangandan kaki,
terdapat kelainan pada mulut dan gigi). Pengobatannya mudah sebaiknya diberikan
bersama suami diobati penisilin injeksi, untuk wanita hamil trimester 1 diobati
sedini mungkin untuk mencegah penularan janin
f. Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis
kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan pada bayi.
Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik
sifilis didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan
doksisiklin merupakan kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil
belum ada data yang lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi
tiga, yaitu :
1) Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini
tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali
suntikan IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10
hari.
2) Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis
laten yang tidak diketahui lama
infgeksi, sifilis kardiovaskular, sifilis
lanjut benigna, kecuali neurosifilis)
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap
minggu, selama 3 x berturut-turut, atau dengan penisilin G prokain 600.000 unit
IM setiap hari selama 21 hari.
3) Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu.
Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam
selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting, yaitu
pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3
minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari
selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM
sekali seminggu selama 3 minggu
.
Hiv/Aids Pada Ibu Hamil
A. DEFINISI
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini
menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem
kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si
penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit
ringan sekalipun.
HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang
terinfeksi HIV ke bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi
dari ibu yang terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load
tinggi lebih mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah
viral load yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat
terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat
sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses
persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan
darah ibunya. Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga
mengakibatkan infeksi pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya tidak
memberi ASI kepada bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika sang ayah
yang HIV-positif, banyak pasangan yang menggunakan pencucian sperma dan inseminasi
buatan.
B. PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU KE
BAYI
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling
banyak ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh
lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi
jumlahnya sangat sedikit. Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu yang
mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi HIV, akan
tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan,
proses persalinan dan pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada
ibu hamil trimester terakhir, resiko penularan dapat dikurangi menjadi 8%.
Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko
bayinya tertular dengan:
1. Mengkonsumsi
obat antiretroviral (ARV)
Resiko
penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai. Angka penularan
hanya 1 persen bila ibu memakai ART. Angka ini kurang-lebih 4 persen bila
ibu memakai AZT selama minggu enam bulan terahkir kehamilannya dan bayinya
diberikan AZT selama enam pertama hidupnya. Namun jika ibu tidak memakai ARV
sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh
penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk
ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada
waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3
hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan
mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap
nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai satu
tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai kemudian
oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui.
Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara
berkembang.
2.
Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya
Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko
penularan. Bila si ibu memakai AZT dan mempunyai viral load di bawah 1000,
risiko hampir nol. Ibu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan
memakai bedah Sesar.
3.
Menghindari menyusui
Kurang-lebih 14 persen bayi terinfeksi HIV melalui ASI
yang terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI
(PASI, atau formula).
Namun jika PASI tidak diberi secara benar, risiko lain
pada bayinya menjadi semakin tinggi. Jika formula tidak bisa dilarut dengan air
bersih, atau masalah biaya menyebabkan jumlah formula yang diberikan tidak
cukup, lebih baik bayi disusui. Yang terburuk adalah campuran ASI dan PASI.
Mungkin cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di Indonesia adalah menyusui
secara eksklusif (tidak campur dengan PASI) selama 3-4 bulan pertama, kemudian
diganti dengan formula secara eksklusif (tidak campur dengan ASI).
INFEKSI PADA BAYI
Jika dites HIV, sebagian besar bayi
yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada
antibodi terhadap HIV dalam darahnya. Namun bayi menerima antibodi dari ibunya,
agar melindunginya sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi
hasil tes positif pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.
Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem
kekebalan tubuhnya akan membentuk antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan
terus-menerus menunjukkan hasil positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi
dari ibu akan hilang sehingga hasil tes menjadi negatif setelah kurang-lebih
6-12 bulan. Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat
dipakai untuk menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu
setelah lahir. Tes ini, yang mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya
tersedia di Jakarta, dan harganya cukup mahal.
D .
CARA PENULARAN HIV/AIDS
- Utamanya melalui hubungan seks yang tidak aman ( tanpa kondom ) dengan pasangan yang
sudah tertular, baik melalui hubungan seks vaginal, oral, maupun anal (
Anus ).
- Memakai jarum suntik bekas dipakai orang yang
terinfeksi virus HIV.
- Menerima
transfusi darah yang terinfeksi virus HIV.
- Ibu
hamil yang terinfeksi virus HIV akan
ditularkan kepada bayinya.
E .
TANDA DAN GEJALA PENYAKIT AIDS
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya
tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus
HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga
jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat
kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang
merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit
AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek,
henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.
Saluran Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu
makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan
kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
Berat
badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu
kehilangan berat
badan
tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy
didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
System
Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan
dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek
tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
System
Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada
jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.
Saluran kemih
dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih
banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS
wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai
istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
F .
CARA PENCEGAHAN HIV - AIDS
Lima cara pokok untuk mencegah
penluaran HIV-AIDS yaitu :
Saling setia,
hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang sah.
Pemakaian
kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali resiko
penularan HIV/AIDS.
Sarankan juga
pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah infeksi lebih jauh dan
mencegah penularan
Wanita tuna
susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur, sehingga jika terkena
infeksi dapat segera diobati dengan benar
Pengendalian
penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks
dengan menggunakan upaya pencegahan.
G .PENANGANAN DAN PENGOBATAN AIDS
AIDS adalah untuk membantu memperbaiki
daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui
terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian. Pilihan utama
adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat digunakan untuk pengobatan
gonore, antara lain:
1.
Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral
2.
Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral
3.
Azitromisin 2 gram, peroral
4.
Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular
5.
Ciprofloxacin 500 mg, peroral
6.
Ofloxacin 400 mg, peroral
7.
Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular
Obat-obat tersebut diberikan dengan dosis tunggal.
Pengobatan pada Hamil/menyusui
Pada wanita hamil tidak dapat diberikan
obat golongan kuinolon dan tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian
obat golongan sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika
wanita hamil alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat
ditoleransi sebaiknya diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal.
Pada wanita hamil juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan
tambahan probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi
N. gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan
unutk pengobatan jika disertai infeksi
Kehamilan
Dengan Gangguan Jiwa
A.
Depresi
1.
Pengertian
Kehamilan
seharusnya adalah masa yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi
buat sebagian wanita masa ini adalah masa yang membingungkan, takut, sedih,
stress, dan bahkan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita akan mengalami
gejala-gejala depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya akan menjadi
depresi yang nyata (mayor depresi).
Depresi
atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk
psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya
yaitu :
a.
Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai
suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi tubuh,
suasana perasaan (mood), dan pikiran.
b.
Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan
National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu
penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan
atau suatu ketidakmauan “untuk menoba lebih keras“.
c.
Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang
menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu
yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara
umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat
mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa
menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus
menerus dirasakan melebihi waktu yang normal. Tetapi sering kali
depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering dianggap hanya
suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon. Asumsi ini tentu saja bisa
membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
Depresi
bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau
antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis.
Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada
otak. Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang
berhubungan dengan depresi dan gelisah. Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan
oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.
2.Gejala-gejala Depresi
Adapun
bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni
diantaranya sebagai berikut :
a.
Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan lebih banyak air
mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau
mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b.
Teganggu calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu
mengancam keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa
cemas.
c.
Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu,
gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga
diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d.
Jarang mengontrol kehamilan.
e.
Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f.
Tidak melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.
.3.Penyebab Terjadinya
Depresi Pada Kehamilan
Beberapa
faktor utama penyebab depresi:
a.
Kehamilan yang tidak diharapkan
b.
Hamil di luar nikah
c.
Faktor ekonomi
d.
Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e.
Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f.
Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g.
Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h.
Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i. Sedang
menghadapi masalah keuangan
j. Usia
ibu hamil yang terlalu muda
k.
Adanya komplikasi selama kehamilan
l. Terpisah
dari keluarga
m.
Rasa takut yang berlebihan.
n.
Orang tua tunggal.
o.
Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.
4.Dampak Atau Pengaruh
Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan
yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada
diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi
kesehatan janin yang ada di dalam kandungan. Kita semua pasti mengetahui bahwa
perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat
berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak
ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada
hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
a.
Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b.
Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c.
Kelahiran premature
d.
Bayi lahir dengan berat badan yang rendah
e.
Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan
perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri.
5. Penatalaksanaan Depresi
Strategi
kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi
depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan,
selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup
minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi
ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari
depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami
dan keluarga.
Sedangkan
bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita
hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau
dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang
masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi.
Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis
pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana
pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan
afektif (depresi) rekuren.
Perubahan
pola hidup dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang:
a.
Olahraga teratur
b.
Berjemur pada sinar matahari
c.
Penanganan stress
d.
Konseling
e.
Tidur teratur
f.
Relaksasi
g.
Meditasi
6. Penularan Depresi
Penularan
dari depresi sampai saat ini masih belum diketahui.
7.
Pencegahan Depresi
Bagi
mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang
menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun harus berperan aktif dalam
membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Dukungan dari mereka semua
akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan
janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati
masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat
berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga pada saatnya nanti
sang ibu hamil dapat melahirkan anak – anak dengan kualitas mental dan fisik
yang baik serta berkualitas.
B.
Psikosa
1.
Definisi
Psikosa
adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality)
atau dengan kata lain, psikosa adalah tingkah laku secara keseluruhan dalam
kepribadiannya berpengaruh tidak ada kontak dengan realitas sehingga tidak
mampu lagi menyesuikan diri dalam norma-norma yang wajar dan berlaku umum. Psikosa merupakan
gangguan jiwa yang serius, timbul karena penyebab organic ataupun emosional
(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara
emosional, mengingat , berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak
sesuai dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi
tuntutan hidup sehari hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh
perilaku regresif, hidup perasaan tidak sesuai ,berkurangnya pengawasan
terhadap impuls impuls serta waham dari halusinasi.
2.
Penyebab psikosa:
a.
Internal (perubahan tubuh dan hormonal ibu hamil)
b.
Ekstenal (kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan beresiko, dan jarak
kehamilan yang terlalu dekat, riwayat kegugura, riwayat obstetri buruk)
Psikosa
umumnya terbagi dalam dua golongan besar yaitu:
a.
Psikosa fungsional
Merupakan
gangguan yang disebakan karena terganggunya fungsi sistem transmisi sinyal
pengahantar saraf (neurotransmitter). Faktor penyebabnya terletak pada aspek
kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat keturunan,
bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang terjadi selama
sejarah kehidupan seseorang. Contoh: paranoid (curiga berlebihan), depresi,
gaduh gelisah.
b.
Psikosa organik
Merupakan
gangguan jiwa yang disebabkan karena ada kelainan atau gangguan pada aspek
tubuh, misalnya ada tumor atau infeksi pada otak, keracunan ( intoksikasi )
NAZA.
3.Tanda dan Gejala
a.
Tanda tanda psikosa:
1)
Halusinasi
2)
Sejumlah kelainan peilaku, sepeti aktivitas yang meningkat, gelisah, dan
retardasi psikomotor.
b.
Gejala psikosis adalah:
1)
abnormal menampilkan emosi
2)
kebingungan
3)
depresi dan kadang kadang pikiran bunuh diri
4)
kacau berpikir dan berbicara
5)
kegembiraan
6)
keyakinan palsu
7)
melihat, mendengar, merasakan, atau memahami hal-hal yang tidak ada berdasarkan
ketakutan/ kecurigaan
4.Proses kejiwaan dalam
kehamilan
1)
Triwulan I
a)
Cemas ,takut, panik, gusar
b)
Benci pada suami
c)
Menolak kehamilan
d)
Mengidam
2)
Triwulan II
a)
Kehamilan nyata
b)
Adaptasi dengan kenyataan
c)
Perut bertambah besar
d)
Terasa gerakan janin
3)
Triwulan III
a)
Timbul gejolak baru menghadapi persalinan
b)
Perasaan bertanggung jawab
c)
Golongan ibu yang mungkin merasa takut
d)
Ibu yang mempunyai riwayat/ pengalaman buruk pada persalinan yang lalu
5.
Pencegahan psikosa
Adapun
cara pencegahan yang dapat dilakukan pada penderita psikosa adalah dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
a.
Informasi
b.
ANC rutin
c.
Nutrisi
d.
Penampilan
e.
Aktivitas
f.
Relaksasi
g.
Senam hamil
h.
Latihan pernafasan
6.
Penatalaksanaan psikosa
Perjalanan
penyakit bervariasi dan bergantung pada jenis penyebab penyakit. Bagi mereka
dengan psikosis manik-depresif dan skizoafektif, waktu pemulihan adalah sekitar
6 bulan (Sneddon, 1992). Yang paling mengalami gangguan fungsi pada saat
pemeriksaan lanjutan adalah mereka yang menderita skizofrenia. Para wanita ini
sebaiknya dirujuk ke psikiater. Keparahan psikosis postpartum mengharuskan
diberikannya terapi farmakologis dan pada sebagian besar kasus dilakukan
tindakan rawatinap. Wanita ynag mengalami psikosis biasanya mengalami kesulitan
merawat bayinya.
Pengobatan
tergantung pada penyebab psikosis. Perawatan dirumah sakit sering kali
diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien.
a.
Terapi Gangguan Jiwa
Saat
ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa
(Kuller dkk.,1996). Sebagian wanita hamil yang memerlukan farmakoterapi telah
menderita penyakit jiwa berat, misalnya gangguan bipolar, gangguan
skizoafektif, skizofrenia atau depresi mayor berulang. Wanita lain yang
memerlukan terapi adalah mereka yang mengalami gangguan emosi yang berkembang
selama kehamilan.
b.
Antidepresan
Depresi
berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melebihi
risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin,
dan nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresi. Efek
samping pada ibu adalah hipotensi ortostatik dan konstipasi. Sedasi juga
sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur
yang berkaitandengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah
antidepresan yang sangat efektif yangsemakin jarang digunakan karena
menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan
ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk
fluoksetin dan sertralin,menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer
bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obatini tidak menimbulkan hipotensi
ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
c.
Antipsikotik
Wanita
dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan
skizoafektif,atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi
antipsikotik selama kehamilan.
Antipsikotik
tipikal adalah golongan antagonis dopamine.Klozapin adalah satu-satunya
antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda
tetapi tidak diketahui.
Potensi
dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi
lebih rendah, klorpromazin dantioridazin, memiliki efek antikolinergik yang
lebih besar serta bersifat sedatif.
d.
Litium
Keamanan
litium selama kehamilan masih diperbebatkan. Selain kekhawatiran
tentangteratogenesitas, juga perlu dipertimbangkan indeks terapetiknya yang
sempit. Pernah dilaporkantoksisitas litium pada neonatus yang mendapat ASI.
e.
Benzidiazepin
Obat
golongan ini mungkin diperlukan selama kehamilan bagi wanita dengan gangguan
cemas yang parah atau untuk pasien psikotik yang agitatif atau mengamuk.
Diazepam mungkin menyebabkan depresineurologis berkepanjangan pada neonatus
apabila pemberian dilakukan dekat dengan kelahiran.
f.
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Terapi
dengan kejutan listrik untuk depresi selama kehamilan kadang-kadang diperlukan
pada pasien dengan gangguan mood mayor yang parah dan tidak berespon terhadap
terapi farmakologis. Hasil diperoleh dengan menjalani 11 kali terapi dari umur
kehamilan 23-31 minggu. Mereka menggunakan tiamilal dan suksinilkolin,
intubasi, dan ventilasi bantuan setiap kali terapi. Merekamendapatkan bahwa
kadar epinefrin, norepinefrin, dan dopamine plasma meningkat 2-3 kali lipat
dalam beberapa menit kejutan listrik. Walaupun demikian, rekaman frekuensi
denyut jantung janinserta frekuensi jantung, tekanan darah, dan saturasi
oksigen ibu tetap normal.
C.
Psikoneurosa
1.
Pengertian Psikoneurosa
Psikoneurosa
yaitu ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri
orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat
mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu
kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang
kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang
memiliki energi).
Psikoneurosa
adalah sekelompok reaksi psikis dengan adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan
secara tidak sadar ditampilkan keluar dalam berbagai bentuk tingkah laku dengan
jalan menggunakan mekanisme pertahanan diri ( defence mechanism). Oleh
pengkondisian yang buruk dari lingkungan sosial yang sangat tidak
menguntungkan, muncul kemudian banyak ketegangan dan kecemasan, serta
simptom-simptom mental yang pathologis atau gangguan mental yang disebut
neurosa. Psikoneurosa atau disingkat dengan neurosa disebabkan oleh
faktor-faktor psikologis dan kultural, khususnya oleh ketakutan dan
kecemasan-kecemasan terus-menerus yang menimbulkan stress atau ketegangan batin
yang kuat dan kronis; sehingga orang mengalami frustasi hebat, konflik-konflik emosional,
kepatahan fisik dan kepatahan mental ( mental breakdown ). Ditambah pula oleh
ketidak-imbangan pribadi dan kurangnya atau sedikitnya usaha serta kemauan,
sehingga menambah banyaknya kecemasan, yang nantinya akan meledak menjadi
gejala neurosa.
2.
Jenis Psikoneurosa
1.
Neurosis kuatir atau anxiety neurosis
Dali
Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental,
hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis,
dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan
pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan,
dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis
adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya
pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan
pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanlah suatu
penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal. Yang diderita yang
bersangkutan adalah ketegangan pribadi yang terus sebagai akibat konflik yang
berkepanjangan. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konflik yang tidak kunjung
reda yang pada taraf terakhir menjadi neurosis (suatu kelainan mental dengan
kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang kronis, hambatan emosi,
sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan kurang memiliki energi)
a.
Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
1)
Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak
ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat
mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecamasan
yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanika
a)
Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan
seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan,
b)
Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak
mampu,
2)
Faktor penyebab neurosis cemas
Menurut
Maramis (1980 : 261), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara
psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan
yang dipendam.
Sebab-sebab
anxiety secara umum :
a)
Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan
dan kegagalan yang bertubu-tubi
b)
Repressi terhadap macam – macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa
berlangsung secara sempurna
c)
Kecenderungan harga diri yang terhalang.
d)
Dorongan-dorongan seksual tidak mendapat kepuasan yang terhambat, sehingga
menimbulkn banyak konflik batin.
3)
Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi
untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan
atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan.
Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.
Contoh
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Depresi
DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama
: Ny
“E” Nama
: Tn”m”
Umur
: 22
tahun Umur
:24 tahun
Agama
:
Islam
Agama :Islam
Pendidikan
:
SD Pendidian
:SMP
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan
: petani
Alamat
: kebun agung 12/13 BWS
1.
Keluhan utama
Ibu
mengatakan bahwa kehamilannya ini beban untuknya dan kadang ibu berusaha
menyakiti dirinya sendiri serta suka menyendiri.
2.
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis, sistematik, dan penyakit
keturunan maupun menular, seperti : jantung, hipertensi, malaria, PMS, TBS &
alergi.
3.
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu
mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, maupun
menurun dalam keluarga, tidak mempunyai keturunan kembar dan ibu tidak
mempunyai pantangan makanan.
4.
Riwayat haid
1.
Menarche : 14 tahun
2.
Siklus
: ±28 hari
3.
Lamanya :7 hari
4.
Banyaknya :3x ganti pembalut/hari
5.
Dismenorea : -
6.
Flour albus : -
7.
HPHT : 25 –
08 – 2011
8.
HPL
: 02 – 06 – 2012
5.
Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
No
|
Tanggal,
tahun persalinan
|
Tempat
bersalin
|
UK
|
Jenis
persalinan
|
Penolong
Penyulit
|
JK/BB
|
Keadaan
anak sekarang
|
Hamil
ini
|
6.
Riwayat kehamilan sekarang
Ibu
mengatakan hamil anak pertama, UK 6 bulan, ibu merasakan gerakan janin pada
usia kehamilan 5 bulan, dan ibu merasa sedih dengan kehamilannya dan suka
memukul-mukul perutnya.
TM
I : 3x kunjungan dengan
keluhan mual muntah
TM2
: 3x kunjungan dengan banyak masalah
Pelayanan
yang didapatkan 10 T, penyuluhan tentang gizi, kebersihan dan perawatan
payudara, saat ini ibu sudah mendapatkan suntikan TT 2 kali, ibu mendapatkan
terapi Fe, kalk, vitamin C, dan B6 diminum sehari 1 kali.
7.
Pola kebebasan sehari – hari
a.
Nutrisi
-
Sebelum hamil : makan nasi 2-3 piring porsi sedang lauk pauk :tempe 1 potong
dan ikan 1 potong, minum 7 gelas (7 cc).
-
Saat hamil : makan 1-2x/hari dengan porsi setengah, tempe 1 potong, buah 1
potong (pepaya), minum 6 gelas (cc).
b.
Istirahat
-
Sebelum hamil : siang –
malam 9 jam
-
Saat hamil :
siang –
malam 7 jam
c.
Pola kebersihan
-
Sebelum hamil : mandi 2x ,gosok gigi setiap habis mandi dan
mau tidur, cuci rambut 2 hari 1x, ganti pakaian setiap habis mandi ganti celana
dalam selesai mandi.
-
Saat hamil : mandi
2x/hari, gosok gigi setiap habis mandi dan menjelang tidur, keramas 1x/minggu
ganti pakaian setiap habis mandi, celana dalam setiap merasa basah, cebok dari
depan kebelakang.
d.
Pola eliminasi
-
Sebelum hamil : BAB teratur setiap hari,BAK 4-5x/hari
frekuensinya ± 100 cc
-
Saat hamil : BAB :
1x /hari BAK : 5 – 6x/ hari frekuensinya 200 cc
e.
Pola aktivitas
-
Sebelum hamil : ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri
seperti :mencuci,menyetrika,mengepel,dll.
-
Saat hamil : Ibu hanya diam saja dan suka mengurung diri
di kamar
f.
Pola kebiasaan lain
Ibu
tidak mempunyai ketergantungan merokok, minum alkohol, dan sesuatu yang
membahayakan kehamilannya, serta ibu juga tidak meminum jamu-jamuan.
g.
Keadaan psiko,sosio,budaya,dan spiritual
- Psiko
: ibu merasa sedih karena keluarga tidak
mendukung dengan kehamilannya.
- Social
: hubungan ibu dengan suami , keluarga, kurang
baik.
- Spiritual : ibu mengatakan
melaksanakn ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
- Budaya :
kebudayaan dalam keluarganya,ibu setiap UK ibu menginjak 7 bulan mengadakan
selamatan 7 bulanan.
DATA
OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan fisik
Keadaan
umum
: lemah
Kesadaran
: compos metis
TB
: 153 cm
BB
sebelum hamil : 48
kg
BB
saat hamil
: 53 kg
IMT :
23,49 (batas normal)
LILA
: 23,5cm
TD
: 110/70 mmhg
Nadi
: 92x/menit
R
: 24x /menit
S
: 36,5⁰
C
HPL
: 02 – 06 – 201
2.
Pemeriksaan Fisik
Muka :
tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odem
Mata :
sklera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis, dan tidak ada odem palpebra
Hidung :
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut :
bibir lembab, warna merah muda
Telinga :
simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
Leher :
Tidak ada pmbesaran vena jugularis, tidak ada pembesarankelenjar tyroid, tidak ada kelenjar
getah bening
Payudara :
payudara simetris, payudara membesar, puting susu menonjol, areola mamae
hiperpigmentasi, colostrum belum keluar dan bersih
Abdomen :
membesar kedepan, membesar sesuai usia kehamilan, tidakada bekas luka pada
abdomen, tidak ada striae, terdapat linea nigra.
Genetalia :
vulva bersih, tidak tampak flour albus, tidak oedem.
Anus :
tidak ada hemoroid
Ekstremitas
Atas :
simetris, kedua tangan tidak odem, tidak varises
Bawah
:
simetris, kedua kaki tidak odem, tidak varises, reflex patella +/+
Palpasi
Abdomen
Leopold
I :
TFU pertengahan Px & pusat, bagian fundus teraba bagian besar,lunak,bulat
tidak melenting yaitu bokong, TFU 28 cm
Leopold
II :
sebelah kanan uterus teraba bagian kecil janin dan sebelah kiri teraba bagian
lebar, keras seperti papan yaitu punggung (puki).
Leopold
III :
bagian bawah teraba bagian bawah,keras dan melenting yaitu kepala
Leopold
IV :
Kedua tangan divergen, bagian terendah janin masuk PAP
Auskultasi
DJJ :
143x/menit di 3 jari bawah pusat
Pemeriksaan
panggul
Distansia
spinarum :
24 cm
Distansia
cristarum :
28 cm
Conjugata
Eksterna :
19 cm
Lingkar
panggul
: 84 cm
ANALISA
Ibu
GI P0 Ab0 Ah0 UK 26 minggu, hidup/tunggal/preskep dengan depresi
PENATALAKSANAAN/ASUHAN YANG DIBERIKAN
1. Memberitahu
ibu kondisinya saat ini kurang baik yaitu ibu mengalami gangguan kejiwaan
ringan.
→ Ibu mengerti dan mau
menerima keadaannya saat ini.
2. Menganjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, protein,
vitamin dan zat besi seperti susu, telur, daging, sayuran hijau, buah-buahan
dan kacang-kacangan.
→ Ibu bersedia mengkonsumsi
makanan seperti yang sudah dijelaskan bidan.
3.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup minimal 1 jam di siang hari dan 8
jam di malam hari, serta mengurangi aktifitas yang berat.
→ Ibu bersedia untuk
tidur cukup dan akan mengurangi aktifitasnya di dalam maupun di luar rumah.
4. Memberikan ibu support mental dengan
meyakinkan ibu untuk tidak terlalu banyak pikiran dengan mengalihkan pada
kegiatan bersama keluarga, serta memberitahu ibu untuk menceritakan semua hal
yang dirasakan kepada orang terdekat ibu.
→ Ibu bersedia untuk
melakukan kegiatan bersama-sama keluarganya menceritakan semua perasaannya
kepada orang terdekat yaitu suami
5. Menganjurkan ibu untuk mengikuti kegiatan yang
dapat merelaksasikan pikiran dan hatinya agar rasa cemas dan takutnya
berkurang, seperti yoga atau pijat refleksi.
→Ibu
bersedia mengikuti kegiatan yoga atau pijat refleksi
6.
Menganjurkan ibu datang berkonsultasi dengan psikiater untuk mengetahui dan
mengatasi keadaannya lebih lanjut.
→ Ibu bersedia untuk
berkonsultasi dengan psikiater.
7.
Meminta ibu untuk datang kembali 2 minggu lagi atau segera jika ada keluhan.
Daftar pustaka
1. Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan.
Jakarta: Nuha Medika.
2. Sulistyani, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Dirgagunarsa,
Singgih. 1982. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
4. Hanafiah
Zulfadin, Rusman, dkk. 1989. Stres, Kecemasan dan Depresi. Surabaya. Yayasan
Kesehatan Jiwa ” Aditama ”.
6. Kuntjojo.2009.
Diktat Psikologi Abnormal. Kediri : Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Nusantara PGRI
7. M.
Mudzakir, Masruroh. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan & Keperawatan. Merkid
Press. Yogyakarta
8. Rukiyah,
Ai Yeyeh, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV ( Patologi Kebidanan). Trans
Info Media. Jakarta
9. Sylvia
A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar