AKADEMI
KEBIDANAN PEMKO
TEBING
TINGGI
1. Riwayat alamiah
timbulnya penyakit dan tahap pencegahannya
Setiap orang yang menderita penyakit tertentu mempunyai riwayat perjalanan penyakitnya terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun.
Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia tanpa sengaja dan terencana.
Perjalanan penyakit alamiah sebenarnya merupakan suatu “ eksperimen “ dengan intervensi yang dilakukan oleh alam. “ eksperimen “ yang dilakukan oleh alam nini tidak dianggap sebagai suatu eksperimen karena intervensi tidak dilakukan oleh penenliti secara sengaja dan terencana. Eksperimen alamiah ini dapat berupa patogenik dan patogresif.
Setiap orang yang menderita penyakit tertentu mempunyai riwayat perjalanan penyakitnya terutama penyakit kronis yang berlangsung bertahun-tahun.
Riwayat perjalanan penyakit alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia tanpa sengaja dan terencana.
Perjalanan penyakit alamiah sebenarnya merupakan suatu “ eksperimen “ dengan intervensi yang dilakukan oleh alam. “ eksperimen “ yang dilakukan oleh alam nini tidak dianggap sebagai suatu eksperimen karena intervensi tidak dilakukan oleh penenliti secara sengaja dan terencana. Eksperimen alamiah ini dapat berupa patogenik dan patogresif.
Riwayat
alamiah penyakit memiliki beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
a. Tahap
Prepatogensis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva ‘lengah’ ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
b. Tahap
Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:
©
Tahap Inkubasi,
©
Tahap Dini,
©
Tahap Lanjut, dan
©
Tahap Akhir.
1. Tahap
Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.
2. Tahap
Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
3. Tahap
Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
4. Tahap Akhir Penyakit/
post pathogenesis
©
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir.
Berakhirnya perjalanan penyakit tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu
:
1.
Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh
secara sempurna, artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum
menderita penyakit.
2.
Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan
penderita sembuh. Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena
ditemukan cacat pada pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya
berupa cacat fisik yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik,
cacat fungsional, cacat mental dan cacat sosial.
3.
Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah
terhenti, karena gejala penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri
pejamu masih ditemukan bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya
tahan tubuh berkurang, penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya
membahayakan diri pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena
dapat menjadi sumber penularan
4.
Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala
penyakit tidak berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak
bertambah ringan. Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena
pada dasarnya pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
5.
Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini,
bukan karena sembuh, tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini
bukanlah tujuan dari setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.
Prepatogenesis menggambarkan periode saat orang
mulai terinfeksi tanpa gejala klinis. Pada penyakit infeksi, periode ini
disebut masa tunas. Periode ini berbeda pada setiap penyakit tergantung dari
sifat bakteri ( Patogenitas, Virulensi, Tropisme, Jumlah bakteri, DLL dan
manusia.
Patogenesis merupakan periode yang pada awalnya
seseorang yang telah sakit dan timbul gejala yang mengikuti. Dari gejala itu
dapat diketahui berbagai kemungkinan yang terjadi yaitu penyakit dapat sembuh
atau menjadi kronis atau sembuh dengan menimbulkan gejala sisa atau meninggal
dunia. Pada bagan yang dikembangkan Level dan Clark tidak dijelaskan kondisi
orang belum terinfeksi, tetapi mempunyai resiko untuk terkena suatu penyakit.
Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan penyakit dikembangkan menjadi tahap peka, tahap pragejala, tahap klinis dan tahap ketidakmampuan.
Untuk mengatasi kekurangan ini, perjalanan penyakit dikembangkan menjadi tahap peka, tahap pragejala, tahap klinis dan tahap ketidakmampuan.
Tahap
peka
Tahap ini meliputi orang-orang yang sehat tetapi mempunyai factor resiko untuk terkena penyakit.
Faktor resiko tersebut dapat berupa :
v Genetika
v Kondisi fisik
v Jenis kelamin
v Umur
v Kebiasaan hidup
v Sosial ekonomi
Tahap ini meliputi orang-orang yang sehat tetapi mempunyai factor resiko untuk terkena penyakit.
Faktor resiko tersebut dapat berupa :
v Genetika
v Kondisi fisik
v Jenis kelamin
v Umur
v Kebiasaan hidup
v Sosial ekonomi
Tahap
Pragejala
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ
Ciri-cirinya sebagai berikut:
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum terjadi gangguan fungsi organ
Ciri-cirinya sebagai berikut:
1. Perubahan
akibat infeksi atau pemaparan oleh agent penyebab pentakit masih belum tampak
2. Pada
penyakit infeksi terjadi perkembangbiakan mikroorganisme pathogen
3. Pada
penyakit non-infeksi merupakan periode terjadinya perubahan anatomi dan
histology. Misal : terjadinya aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Pada tahap ini sulit untuk diagnosa
secara klinis
Tahap
klinis
Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Untuk menemukan penderita padda tahap ini relative tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala. Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit. Pada tahap ini adalah karena tidak semua penyakit menimbulkan gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu menimbulkan gejala.
Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Untuk menemukan penderita padda tahap ini relative tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala. Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit. Pada tahap ini adalah karena tidak semua penyakit menimbulkan gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu menimbulkan gejala.
Tahap
ketidakmampuan
Tahap ini merupakan tahap ketika telah terjadi pembatasasn dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Mis : gejala sisa sebagai akibat penyakit kardiovaskuler.
Ketidak mampuan ini juga sifatnya bermacam-macam dan berdasarkan lama dan sifatnya dapat dibagi menjadi :
v Gangguan fungsi somatic atau psikisi
v Bersifat sementara atau menetap
v Terjadinya lama atau singkat
Tahap ini merupakan tahap ketika telah terjadi pembatasasn dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Mis : gejala sisa sebagai akibat penyakit kardiovaskuler.
Ketidak mampuan ini juga sifatnya bermacam-macam dan berdasarkan lama dan sifatnya dapat dibagi menjadi :
v Gangguan fungsi somatic atau psikisi
v Bersifat sementara atau menetap
v Terjadinya lama atau singkat
2. PENCEGAHAN PENYAKIT
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu :
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu :
1. Pencegahan
Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat umum mis : pendidikan kesehatan masyarakat dan kebersihan linkungan. Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko dengan melakukan imunisasi, misal : imunisasi terhadap:
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan pada masyarakat umum mis : pendidikan kesehatan masyarakat dan kebersihan linkungan. Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko dengan melakukan imunisasi, misal : imunisasi terhadap:
o Diptheritis
o Pertusis
o Tetanus
o Poliomielitis
o Morbili
o Hepatitis
o Sanitasi
lingkungan seperti :
• Penjernihan air minum
• Pencegahan terhadap kecelakaan
• Keselamatan kerja
• Penjernihan air minum
• Pencegahan terhadap kecelakaan
• Keselamatan kerja
2. Pencegahan
Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan skunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan skunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat dilakukan dengan cara :
£ Penyaringan
£ Pengamatan
Epidemiologis
£ Survei
Epidemiologis
£ Memberi
pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum atau praktek
dokter swasta.
3. Pencegahan
Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidak mampuan dan mengadakan rehabilitasi
Upaya pencegahan ini dilakukan dengan cara :
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidak mampuan dan mengadakan rehabilitasi
Upaya pencegahan ini dilakukan dengan cara :
¶ Memaksimalkan
fungsi organ yang cacat
¶ Membuat
protesa ektremitas akibat amputasi
¶ Mendirikan
pusat-pusat rehabilitasi medic
3. Karakteristik Host, Agent dan lingkungan dalam
timbulnya penyakit
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau factor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu atau Host dan factor lingkungan yang mendukung.
Ke 3 faktor tersebut dikenal sebagai Trias p[enyebab penyakit.
Faktor “ Agent “
Agent sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsure hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan
Agent berupa unsure hidup terdiri dari :
¶ Virus
¶ Bakteri
¶ Jamur
¶ Parasit
¶ Protozoa
¶ Metazoa
Agent
berupa unsur mati :
§
Fisika : Sinar Radio
aktif
§
Kimia :
Karbonmonoksida, onat-obatan, peptisida, Hg, Cadmium, Arsen
§
Fisik : Benturan atau
tekanan
Faktor
“ Pejamu “
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi factor resiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor intrinsik.
Faktor Pejamu dan Agent dapat di umpamakan sebagai tanah dan benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah yang di anologikan dengan timbulnya penyakit yang tergantung keadaan pejamu. Faktor pejamu yang merupakan faktor resiko untuk timbulnya penyakit adalah sbb :
Pejamu ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi factor resiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor intrinsik.
Faktor Pejamu dan Agent dapat di umpamakan sebagai tanah dan benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah yang di anologikan dengan timbulnya penyakit yang tergantung keadaan pejamu. Faktor pejamu yang merupakan faktor resiko untuk timbulnya penyakit adalah sbb :
©
Genetik
Mis : penyakit herediter seperti hemophilia, sickle cell anamia
Mis : penyakit herediter seperti hemophilia, sickle cell anamia
©
Umur
Mis : Usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung
Mis : Usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung
©
Jenis kelamin
Mis : penyakit kelenjar gondok, DM, Penyakit jantung, Hipertensi
Mis : penyakit kelenjar gondok, DM, Penyakit jantung, Hipertensi
©
Keadaan fisiologi
Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit seperti keracunan kehamilan, anemia
Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit seperti keracunan kehamilan, anemia
©
Kekebalan
Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut
Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut
©
Penyakit yang diderita
sebelumnya
Mis : Reumatoid arthritis yang mudah kambuh
Mis : Reumatoid arthritis yang mudah kambuh
©
Sifat-sifat manusia
Hygiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit infeksi mis: Balanitis, Karsinoma Penis.
Hygiene perorangan yang jelek akan mudah terserang penyakit infeksi mis: Balanitis, Karsinoma Penis.
Faktor “ Lingkungan “
Lingkungan merupakan factor ke 3 sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor intrinsik.
Faktor lingkungan dapat berupa :
£ Lingkungan
fisik
Yang termasuk lingkungan fisik : geografik dan keadaan musim. Mis : Negara yang beriklim tropis mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan Negara yang beriklim subtropics.
Yang termasuk lingkungan fisik : geografik dan keadaan musim. Mis : Negara yang beriklim tropis mempunyai pola penyakit yang berbeda dengan Negara yang beriklim subtropics.
£ Lingkungan
Biologis
Ialah semua makhluk hidup yang berada di sekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Mis : wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus pathogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakit, bahkan dapt dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.
Ialah semua makhluk hidup yang berada di sekitar manusia yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Mis : wilayah dengan flora yang berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan virus pathogen, ulah manusia juga mempunyai peran yang penting dalam terjadinya penyakit, bahkan dapt dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.
£ Lingkungan
Sosial Ekonomi
Yang termasuk ke dalam factor social ekonomi yaitu :
Yang termasuk ke dalam factor social ekonomi yaitu :
§ Pekerjaan
Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti peptisida atau zat fisika seperti zat radio aktif atau zat yang bersifat karsinogen sepserti abses akan memudahkan terkena penyakit.
Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti peptisida atau zat fisika seperti zat radio aktif atau zat yang bersifat karsinogen sepserti abses akan memudahkan terkena penyakit.
§ Urbanisasi
Urbanisasi dapat menimbulkan berbagai masalah social sepertikepadatan penduduk dan timbulnya daerah kumuh, perumahan, pendidikan, sampah dan tinja yang akan mencemari air minum dan lingkungan.
Urbanisasi dapat menimbulkan berbagai masalah social sepertikepadatan penduduk dan timbulnya daerah kumuh, perumahan, pendidikan, sampah dan tinja yang akan mencemari air minum dan lingkungan.
§ Perkembangan
ekonomi
Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola konsumsi yang cenderung memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya hipertensi dan penyakit jantung akibat kadar kolesterol meningkat. Sebaliknya bila tingkat ekonomi rendah akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dll.
Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola konsumsi yang cenderung memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya hipertensi dan penyakit jantung akibat kadar kolesterol meningkat. Sebaliknya bila tingkat ekonomi rendah akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dll.
§ Bencana
alam
Terjadinya bencana alam akan mengubah system ekologi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Mis : gempa bumi, banjir, meletusnta gunung berapi dan perang yang akan menyebabkan kenidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak teratur.
Selain factor diatas, sifat mikroorganisme sebagai agent penyebab penyakit seperti :
Terjadinya bencana alam akan mengubah system ekologi yang tidak dapat diramalkan sebelumnya. Mis : gempa bumi, banjir, meletusnta gunung berapi dan perang yang akan menyebabkan kenidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak teratur.
Selain factor diatas, sifat mikroorganisme sebagai agent penyebab penyakit seperti :
1. Patogenitas
Yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada pejamu.
Yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada pejamu.
2. Virulensi
Yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat atau fatal.
Cth : TBC dan hepatitis A mempunyai tingkat patogenitas rendah dengan tingkat virulensi yang rendah
Yaitu kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat atau fatal.
Cth : TBC dan hepatitis A mempunyai tingkat patogenitas rendah dengan tingkat virulensi yang rendah
3. Tropisme
Yaitu pemilihan jaringan atau organ yang diserang. Penyerangan terhadap jaringan seperti organ otak dan jantung lebih mudah menimbulkan penyakit yang berat di banding dengan organ saluran pernafasan atau saluran pencernaan atau kulit.
Yaitu pemilihan jaringan atau organ yang diserang. Penyerangan terhadap jaringan seperti organ otak dan jantung lebih mudah menimbulkan penyakit yang berat di banding dengan organ saluran pernafasan atau saluran pencernaan atau kulit.
4. Pejamu
yang di serang
Bila suatu mikroorganisme hanya menyerang manusia, dikategorikan bahwa mikroorganisme tersebut mempunyai rentang yang pendek seperti salmonella typhi dan para typhi. Sebaliknya jika mikroorganisme selain menyerang manusia juga menyerang hewan yang mempunyai rentang yang luas.
Bila suatu mikroorganisme hanya menyerang manusia, dikategorikan bahwa mikroorganisme tersebut mempunyai rentang yang pendek seperti salmonella typhi dan para typhi. Sebaliknya jika mikroorganisme selain menyerang manusia juga menyerang hewan yang mempunyai rentang yang luas.
5. Kecepatan
berkembang biak
Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat akan cepat menimbulkan penyakit.
Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat akan cepat menimbulkan penyakit.
6. Kemampuan
menembus jaringan, memproduksi toksin dan menimbulkan kekebalan
Kemampuan yang tinggi dari mikroorganisme untuk menembus jaringan akan makin cepat menimbulkan penyakit. Demikian dengan mikroorganisme yang memproduksi toksin akan lebih mudah menimbulkan penyakit,sebaliknya mikroorganisme yang menimbulkan kekebalan dapat menjadi penghalang mikroorganisme untuk menembus Jaringan atau organ.
Kemampuan yang tinggi dari mikroorganisme untuk menembus jaringan akan makin cepat menimbulkan penyakit. Demikian dengan mikroorganisme yang memproduksi toksin akan lebih mudah menimbulkan penyakit,sebaliknya mikroorganisme yang menimbulkan kekebalan dapat menjadi penghalang mikroorganisme untuk menembus Jaringan atau organ.
4.
Pola
penyebaran penyakit di masyarakat
² Berdasarkan
sumber infeksi
¥ Penderita
: Gonococcal ophthalmia neonatorum
¥ Karier
: Hepatitis
¥ Geografi
: Antraks
¥ Vektor
: Malaria, DBD
¥ Zoonosis
: Arbovirus
² Berdasarkan
penyebarannya
¥ Udara
: Berupa droplets, debu
¥ Makanan
: Seafood
¥ Luka
: Tetanus
¥ Luka
gigit : Rabies
¥ Konjungtiva
: Trakoma
¥ Placenta
: Sifilis
² Berdasarkan
cara masuknya
©
Secara langsung
¥ Bersin,
batuk, kontak seksual
¥ Pemaparan
jaringan oleh jamur, parasit atau bakteri
©
Secara tidak langsung
¥ Melalui
udara
¥ Makanan
¥ Benda-benda
¥ Vektor
REFERENSI
Budiarto, Eko. 2003. Pengantar
Epidemiologi. EGC. Jakarta
mantap
BalasHapus